Download Panduan Penulisan Soal Us, Un Sd/Mi 2017/2018

Download Panduan Penulisan Soal US, UN SD/MI 2017/2018. Alhamdulillah, akhirnya kami dapat berbagi hal mengenai Panduan Penulisan Soal US, UN SD/MI tahun 2017/2018. Tentunya para guru yang mengajar di jenjang SD/MI sudah sangat sering sekali membuat sebuah soal ujian yang nantinya akan diberikan kepada peserta didiknya yang masih SD, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6 Sekolah Dasar. Ada seni tersendiri dalam menciptakan sebuah soal ujian. Namun sebuah soal tidaklah semata dibentuk tanpa memperhatikan beberapa aspek yang dibutuhkan. Untuk mengetahuinya lebih lanjut, silahkan saja anda eksklusif unduh file Buku Panduan Penulisan Soal SD/MI terbaru pada artikel ini. 

 akhirnya kami dapat berbagi hal mengenai Panduan Penulisan Soal US Download Panduan Penulisan Soal US, UN SD/MI 2017/2018

Download Pedoman Penulisan Soal HOTS US, UN SD 2017/2018. Pada artikel yang kami buat ini, selain anda dapat mengunduh file Panduan Penulisan Soal Ujian jenjang Sekolah Dasar/MI tahun 2017/2018, anda juga sanggup melihat cuplikan isi yang terkandung dalam buku panduan tersebut, jadi anda bisa melihat beberapa review dari panduan tersebut. namun apabila anda ingin melihat langung isi lengkapnya dan sangat penasaran sekali, boleh-boleh saja eksklusif menuju link downloadnya yang terletak di cuilan bawah artikel ini. 

Berikut ini merupakan cuplikan isi dari Buku panduan penulisan soal jenjang SD/MI.

KATA PENGANTAR

Penilaian terhadap hasil belajar peserta didik merupakan salah satu kegiatan rutin dalam dunia pendidikan. Penilaian hasil belajar dilakukan antara lain untuk mendiagnosa kekuatan dan kelemahan penerima didik, memonitor perkembangan berguru akseptor didik, menilai ketercapaian kurikulum, memberi nilai peserta didik dan menentukan efektivitas pembelajaran. Untuk tujuan-tujuan tersebut dapat digunakan banyak sekali bentuk dan instrumen penilaian. Namun tes tertulis hingga saat ini masih merupakan instrumen yang lebih banyak didominasi digunakan dalam menilai hasil belajar penerima didik.
Tes tertulis secara umum sanggup dibedakan menjadi tes dengan pilihan jawaban (non-constructed response test), akseptor didik hanya menentukan dari jawaban yang disediakan, dan tes tanpa pilihan jawaban (constructed response test), akseptor didik harus mengkonstruksikan jawabannya. Tes dengan pilihan jawaban sering dikritik alasannya adalah dipandang tidak dapat mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skill). Hal ini tidaklah benar, soal tes dengan pilihan jawaban dapat mengukur kemampuanberpikir tingkat tinggi, hanya penyusunannya memang tidak gampang. Di sisi lain tes tanpa pilihan jawaban (constructed response test) yang sering dipandang sesuai untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, bila tidak disusun dengan cermat bisa jadi hanya mengukur berpikir tingkat rendah. Kedua bentuk tes tersebut potensial untuk mengukur berpikir tingkat rendah dan tingkat tinggi, tergantung kejelian dalam penulisan soal.
Oleh karena penulisan soal merupakan proses penentu kualitas tes maka penulisan soal perlu dilakukan secara sungguh-sungguh. Buku panduan penulisan soal ini merupakan upaya untuk membantu penulis soal menghasilkan soal yang berkualitas, termasuk soal yang mengukur berpikir tingkat tinggi. Kaedah penulisan soal, contoh-contoh yang diberikan diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana kedua bentuk tes baik tes dengan pilihan dan tes tanpa pilihan tersebut mampu digunakan untuk menilai hasil mencar ilmu akseptor didik dan memberi informasi yang valid.
Perlu disampaikan bahwa fokus panduan ini ialah penulisan soal tes tertulis khususnya tes berbentuk pilihan ganda dan tes uraian. Oleh lantaran itu bentuk evaluasi lain ibarat portofolio, tes lisan, projek tidak dibahas, namun bukan berarti bentuk penilaian tersebut tidak penting.

PENDAHULUAN

Hasil mencar ilmu penerima didik sanggup dinilai dengan tujuan yang berbeda. Penilaian sanggup dilakukan untuk mengetahui materi yang belum dikuasai peserta didik, untuk melihat kemajuan peserta didik pada periode waktu tertentu, untuk pinjaman nilai, untuk penempatan akseptor didik, dan untuk penentuan kelulusan akseptor didik. Penilaian tersebut secara umum dibedakan menjadi penilaian internal dan evaluasi eksternal.
Penilaian internal yakni evaluasi yang dilakukan oleh guru atau sekolah, sedangkan evaluasi eksternal dilakukan oleh institusi di luar sekolah misalnya pemerintah atau forum penilaian yang diberi otoritas oleh pemerintah.
Penilaian eksternal sanggup berupa ujian penentu kelulusan, tes seleksi masuk ke jenjang pendidikan berikut, pemantauan ketercapaian kurikulum. Pada umumnya untuk evaluasi eksternal digunakan tes tertulis sebagai mekanisme atau instrumen penilaian yang baku (terstandar). Instrumen baku tersebut menjadi penting alasannya adalah perlunya membandingkan hasil penerima dengan cara objektif. Sementara penilaian internal yang dilakukan oleh guru dengan tujuan menunjukkan umpan balik kepada penerima didik dan memperbaiki proses pembelajaran menggunakan instrumen yang kurang baku misalnya evaluasi unjuk kerja, portofolio. Hal ini alasannya ialah fokus pada individu masing-masing penerima didik, bukan untuk membandingkan antarpeserta didik. Ketika sekolah atau guru melaksanakan penilaian untuk menentukan kelulusan atau ketercapaian dari suatu standar maka penggunaan instrumen yang baku menjadi penting.
Pada saat ini umumnya tes prestasi berguru atau tes prestasi akademik menggunakan tes bentuk soal pilihan ganda (PG) alasannya yaitu saat ini tes PG dipandang sebagai tes objektif yang efisien digunakan untuk jumlah akseptor besar. Untuk masa yang akan tiba ketika skoring soal isian atau essay mampu dilakukan oleh mesin, bukan tidak mungkin soal untuk evaluasi eksternal menggunakan soal isian atau essay.
Untuk menjamin kualitas soal tes yang terstandar, pengembangan tes melalui beberapa tahap. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menyusun tes terstandar yaitu
(1) menentukan tujuan tes; (2) menentukan pola yang akan dipakai (kriteria atau norma);
(3) membuat kisi-kisi; 
(4) menentukan soal-soal dari kumpulan soal yang sudah ada sesuai dengan kisi-kisinya. Apabila soal yang diambil merupakan soal gres, soal-soal tersebut harus melalui tahap telaah secara kualitatif, revisi, ujicoba, dan analisis hasil ujicoba sehingga diperoleh soal yang baik dari segi kualitatif dan kuantitatif. Selain itu, pengadministrasian tes (pelaksanaan tes) juga dibuat standar. Untuk tes prestasi terstandar, soal-soal harus mengacu pada tujuan pembelajaran yang harus dicapai peserta didik. Dalam hal ini kurikulum atau standar kompetensi lulusan (SKL) yang sudah ditetapkan apabila tes tersebut akan digunakan untuk kelulusan. Proses penskorannya juga harus dilakukan terstandar terutama apabila ada soal berbentuk uraian sehingga hasil tes tersebut mampu dilihat keterbandingannya.
Untuk menjamin ketersediaan soal yang terstandar, perlu dikembangkan bank soal. Bank soal ialah kumpulan soal yang telah teridentifikasi karakteristiknya, misalnya tingkat kesukaran, daya beda, dan penyebaran pilihan jawaban (option). Pengembangan bank soal perlu dilakukan secara terus-menerus untuk memenuhi banyak sekali keperluan penggunaan.
Di Puspendik, pengembangan bank soal tes prestasi akademik merupakan salah satu kegiatan rutin. Kegiatan pengembangan bank soal ini dimulai dengan penulisan kisi-kisi, penulisan soal, telaah (analisis kualitatif), ujicoba, analisis kuantitatif, dan kalibrasi soal. Soal-soal yang terbukti bermutu secara kualitatif dan kuantitatif dikumpulkan dan disimpan dalam bank soal.

Tahapan pengembangan bank soal meliputi:
1. Penyusunan kisi-kisi
Kisi-kisi digunakan sebagai pedoman bagi penulis soal semoga diperoleh soal yang
sesuai dengan tujuan.
2. Penulisan soal
Soal ditulis oleh beberapa penulis soal berdasarkan kisi-kisi. Soal-soal yang
dihasilkan merupakan soal-soal mentah.
3. Review dan Revisi (Telaah dan Perbaikan)
Review yaitu menelaah soal mentah secara kualitatif berdasarkan kaidah
penulisan soal oleh penelaah soal. Hasil review soal diklasifikasikan menjadi soal baik, soal kurang baik, dan soal ditolak. Soal baik pribadi diterima, soal kurang baik perlu diperbaiki sehingga diperoleh soal yang baik, dan soal yang ditolak dikembalikan ke penulis.
4. Perakitan soal
Soal-soal baik selanjutnya dirakit menjadi beberapa paket soal untuk diujicobakan. Pada saat perakitan, dimasukkan beberapa soal yang berfungsi sebagai soal linking antarpaket. Soal-soal linking tersebut diambil dari bank soal yang telah mempunyai karakteristik soal.
5. Ujicoba soal
Paket-paket soal diujicobakan kepada peserta didik yang sedang menempuh jenjang pendidikan yang sesuai dengan jenjang pendidikan pada tes tersebut.
Misalnya, soal-soal Bahasa Indonesia kelas IV diujikan kepada penerima didik kelas V di selesai tahun pelajaran atau kepada penerima didik kelas VI di awal tahun pelajaran. Peserta didik dalam menjawab soal-soal tes tersebut harus serius seakan-akan ujian yang bahu-membahu walaupun pada ujicoba ini yang akan dilihat yaitu kualitas soalnya bukan kompetensi akseptor didik. Ujicoba soal digunakan untuk mengumpulkan data empirik ihwal soal berupa jawaban-jawaban penerima didik terhadap soal.
6. Analisis kuantitatif
Data empirik dari hasil ujicoba dianalisis secara kuantitatif dengan memakai jadwal analisis, baik klasik maupun modern. Program analisis secara klasik memakai iteman. Hasil iteman meliputi daya beda, tingkat kesukaran, penyebaran option, dan cek kunci. Selanjutnya, soal-soal tersebut dianalisis menggunakan teori tes modern (Item Response Theory). Program yang sanggup digunakan antara lain Bigsteps, Winsteps, Quest, Conquestuest, RUMM. Dengan memakai analisis teori tes modern sanggup diperoleh informasi kesesuaian soal dengan model (fit terhadap model), disamping tingkat kesukaran soal.
7. Seleksi soal
Berdasarkan hasil analisis soal, soal-soal dikelompokkan menjadi soal baik, soal perlu revisi, dan soal ditolak. Berdasarkan teori tes klasik soal-soal baik yaitu soal yang memiliki daya beda tinggi, ditunjukkan dengan korelasi point biserial di atas 0,2 dan semua distraktor berfungsi. Berdasarkan teori tes modern, soal yang baik yaitu soal yang sesuai (fit) dengan model, ditunjukan oleh statistik fit, seperti infit atau outfit. Soal-soal baik dimasukkan ke dalam bank soal. Soal dengan daya beda rendah dan terdapat distraktor yang tidak berfungsi perlu direvisi. Soal yang tidak mempunyai daya beda dan sebagian distraktor tidak berfungsi ditolak.

PENYUSUNAN KISI-KISI

1. Pengertian kisi-kisi
Kisi-kisi ialah suatu format berbentuk matriks berisi informasi yang mampu dijadikan pedoman untuk menulis atau merakit soal. Kisi-kisi disusun berdasarkan tujuan penggunaan tes. Penyusunan kisi-kisi merupakan langkah penting yang harus dilakukan sebelum penulisan soal. Bila beberapa penulis soal menggunakan satu kisi-kisi, akan dihasilkan soal-soal yang relatif sama (paralel) dari tingkat kedalaman dan cakupan materi yang ditanyakan.
2. Syarat kisi-kisi
Kisi-kisi tes prestasi akademik harus memenuhi persyaratan berikut:
1) Mewakili isi kurikulum yang akan diujikan.
2) Komponen-komponennya rinci, jelas, dan gampang dipahami.
3) Indikator soal harus terang dan mampu dibentuk soalnya sesuai dengan bentuk soal yang telah ditetapkan.

3. Komponen kisi-kisi
Komponen-komponen yang diperlukan dalam sebuah kisi-kisi diadaptasi dengan tujuan tes. Komponen kisi-kisi terdiri atas komponen identitas dan komponen matriks. Komponen identitas diletakkan di atas komponen matriks.
Komponen identitas meliputi jenis/jenjang sekolah, program studi/jurusan, mata pelajaran, tahun aliran, kurikulum yang diacu, alokasi waktu, jumlah soal, dan bentuk soal. Komponen-komponen matriks berisi kompetensi dasar yang diambil dari kurikulum, kelas dan semester, materi, indikator, level kognitif, dan nomor soal.

PENULISAN SOAL

Pengertian tes tertulis
Tes tertulis merupakan kumpulan soal-soal yang diberikan kepada akseptor didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal, peserta didik tidak selalu harus merespon dalam bentuk goresan pena, tetapi juga mampu dilakukan dalam bentuk lain, seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar.
Soal-soal pada tes tertulis sanggup diklasifikasikan menjadi dua, yaitu soal dengan memilih jawaban yang sudah disediakan (bentuk soal pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan) dan soal dengan mengatakan jawaban secara tertulis (bentuk soal isian, jawaban singkat, dan uraian).
Dalam penyusunan soal tes tertulis, penulis soal harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan soal dari segi bahan, konstruksi, dan bahasa.

A. Teknik Penulisan Soal Bentuk Pilihan Ganda (PG)

Soal PG merupakan bentuk soal yang jawabannya dapat dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban (option) yang telah disediakan. Setiap soal PG terdiri atas pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor). Kunci jawaban merupakan jawaban benar atau paling benar, sedangkan pengecoh merupakan jawaban tidak benar, tetapi penerima didik yang tidak menguasai materi mungkinkan menentukan pengecoh tersebut.
a. Keunggulan dan keterbatasan
Beberapa keunggulan dari bentuk soal PG yaitu:
? dapat diskor dengan praktis, cepat, dan mempunyai objektivitas yang tinggi;
? mampu mengukur berbagai tingkatan kognitif;
? mencakup ruang lingkup materi yang luas;
? tepat digunakan untuk ujian berskala besar yang hasilnya harus segera diumumkan, ibarat ujian nasional, ujian final sekolah, dan ujian seleksi pegawai negeri.
Beberapa keterbatasan dari bentuk soal PG yaitu:
? perlu waktu lama untuk menyusun soalnya;
? sulit menciptakan pengecoh yang homogen dan berfungsi;
? terdapat peluang untuk menebak kunci jawaban.
b. Kaidah Penulisan Soal Bentuk PG
Dalam menulis soal bentuk PG, penulis soal harus memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut:
? Materi
1. Soal harus sesuai dengan indikator.
2. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
3. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling benar.
? Konstruksi
1. Pokok soal harus dirumuskan secara terang dan tegas.
2. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang dibutuhkan saja.
3. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban benar.
4. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
5. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
6. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, “Semua pilihan jawaban di atas salah” atau “Semua pilihan jawabandi atas benar”.
7. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut atau kronologisnya.
8. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus terperinci dan berfungsi.
9. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
? Bahasa
1. Setiap soal harus memakai bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
2. Jangan memakai bahasa yang berlaku setempat kalau soal akan digunakan untuk tempat lain atau nasional.
3. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komunikatif.
4. Setiap pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian.
Hal-hal penting lain yang perlu diperhatikan dalam penulisan soal:
1. Soal tidak boleh menyinggung suku, agama, ras, antargolongan (SARA).
2. Soal dilarang bermuatan politik, pornografi, promosi produk komersil (iklan) atau instansi (nama sekolah, nama wilayah), kekerasan, dan bentuk lainnya yang dapat menjadikan imbas negatif atau hal-hal yang dapat menguntungkan atau merugikan kelompok tertentu.

Hal-hal penting lain yang perlu diperhatikan dalam penulisan soal:
1. Soal dihentikan menyinggung suku, agama, ras, antargolongan (SARA).
2. Soal dihentikan bermuatan politik, pornografi, promosi produk komersil (iklan) atau instansi (nama sekolah, nama wilayah), kekerasan, dan bentuk lainnya yang dapat menimbulkan dampak negatif atau hal-hal yang dapat menguntungkan atau merugikan kelompok tertentu.

Contoh Kaidah 
"Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling benar."

Contoh soal yang kurang baik:
Contoh tragedi konveksi dalam kehidupan sehari-hari ialah ....
A. panas matahari yang hingga ke bumi
B. terjadinya angin darat dan angin maritim
C. air yang dimasak di dalam panci usang kelamaan mendidih
D. pangkal besi yang terasa panas ketika ujungnya dibakar
Kunci jawaban: B dan C
Penjelasan:
Pada soal ini B dan C merupakan kunci jawaban. Hal ini mampu membingungkan peserta didik. Bagi penerima didik yang menguasai bahan akan merasa dirugikan kalau ternyata kunci yang dijadikan patokan adalah salah satu dari kunci tersebut.

Contoh soal yang lebih baik:
Contoh kejadian konveksi dalam kehidupan sehari-hari ialah ....
A. panas matahari yang sampai ke bumi
B. terjadinya angin darat dan angin bahari
C. panci yang menjadi panas balasan adanya api dari kompor
D. pangkal besi yang terasa panas ketika ujungnya dibakar Kunci jawaban: B

"Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban benar."

Contoh soal yang kurang baik:
Di halaman rumah terdapat tumbuhan bunga matahari yang bunganya sedang bermekaran. Banyak lebah yang hinggap di bunga itu dan mengisap nektar bunga. Dengan adanya lebah, butir-butir benangsari berjatuhan ke kepala putik, bahkan benangsari yang melekat di tubuh lebah sanggup terbawa dan jatuh di bunga lain ketika lebah berpindah.
Berdasarkan ilustrasi tersebut, terjalin hubungan saling menguntungkan antara tumbuhan bunga matahari dan lebah sebab ....
A. tumbuhan bunga matahari memperoleh kuliner, sedangkan lebah memperoleh tempat untuk hinggap dan bersembunyi dari pemangsanya
B. tumbuhan bunga matahari melaksanakan proses fotosintesis dibantu oleh lebah yang hinggap di mahkota bunga
C. flora bunga matahari dibantu penyerbukannya oleh lebah, sedangkan lebah memperoleh nektar dari bunga matahari
D. flora bunga matahari mempunyai mahkota bunga yang menarik sehingga lebah hinggap di mahkota tersebut
Kunci jawaban : C
Penjelasan :
Di dalam stimulus terdapat kata ‘nektar’ dan penjelasan ihwal proses penyerbukan. Hal ini mengarahkan akseptor didik ke jawaban yang benar (C).

Contoh soal yang lebih baik:
Di halaman rumah terdapat tumbuhan bunga matahari yang sedang bermekaran. Banyak lebah yang hinggap di bunga itu.
Pada insiden ini terjalin hubungan saling menguntungkan antara tumbuhan bunga matahari dan lebah alasannya ....
A. tumbuhan bunga matahari memperoleh masakan, sedangkan lebah memperoleh tempat untuk hinggap dan bersembunyi dari pemangsanya
B. flora bunga matahari melaksanakan proses fotosintesis dibantu oleh lebah yang hinggap di mahkota bunga
C. tanaman bunga matahari dibantu penyerbukannya oleh lebah, sedangkan lebah memperoleh nektar dari bunga matahari
D. tanaman bunga matahari mempunyai mahkota bunga yang menarik sehingga lebah hinggap di mahkota tersebut
Kunci jawaban : C

B. Teknik Penulisan Soal Uraian
Soal  bentuk  uraian  yakni  suatu  soal  yang  menuntut  akseptor  didik  untuk mengorganisasikan  gagasan-gagasan  atau  hal-hal  yang  telah  dipelajarinya.  Jawabannya dikemukakan dalam bentuk uraian tertulis.
1.  Keunggulan dan keterbatasan soal bentuk uraian
o  Keunggulan
Dapat mengukur kemampuan penerima didik dalam hal menyajikan jawaban terurai secara bebas, mengorganisasikan pikirannya, mengemukakan pendapatnya, dan mengekspresikan gagasan-gagasan dengan memakai kata-kata atau kalimat akseptor didik sendiri.
o  Keterbatasan
Jumlah bahan atau pokok bahasan yang dapat ditanyakan relatif terbatas, waktu untuk mengusut jawaban cukup usang, penskorannya relatif subjektif, dan tingkat reliabilitasnya relatif lebih rendah dibandingkan dengan soal bentuk pilihan ganda alasannya yakni reliabilitas skor pada soal bentuk uraian sangat tergantung pada penskor tes.
Berdasarkan penskorannya soal bentuk uraian diklasifikasikan menjadi uraian objektif dan uraian non objektif.
❑   Soal bentuk uraian objektif yaitu rumusan soal atau pertanyaan yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep tertentu sehingga penskorannya mampu dilakukan secara objektif.
❑   Soal bentuk uraian non objektif  adalah rumusan soal yang menuntut sehimpunan jawaban  berupa  pengertian/konsep  menurut  pendapat  masing-masing  peserta didik sehingga penskorannya sukar dilakukan secara objektif (penskorannya dapat mengandung unsur subjektivitas).
Pada prinsipnya, perbedaan antara soal bentuk uraian objektif dan  non objektifterletak  pada  kepastian  penskorannya.Pada  soal  uraian  bentuk  objektif,  pedoman penskorannya berisi kunci jawaban yang lebih niscaya. Setiap kata kunci diuraikan secara jelas dan diberi skor 1. Pada soal uraian bentuk  non objektif, pedoman penskorannya berisi kriteria-kriteria dan setiap kriteria diskordalam bentuk rentang skor.

2.  Kaidah penulisan soal uraian
Beberapa kaidah yang perlu diperhatikan dalam penulisan soal bentuk uraian yakni sebagai berikut:
❑   Materi
1.  Soal harus sesuai dengan indikator. 
2.  Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan (ruang lingkup) harus terperinci.
3.  Isi bahan sesuai dengan tujuan pengukuran, contohnya soal Matematika harus menanyakan kompetensi Matematika, bukan kompetensiberbahasa atau yang lainnya.
4.  Isi  bahan  yang  ditanyakan  sudah  sesuai  dengan  jenjang,  jenis  sekolah,  atau tingkat  kelas.  Tingkat  kompetensi  yang  diukur  harus  diubahsuaikan  dengan tingkatan  akseptor didik,  misalnya  kompetensi  pada  jenjang  SMP  tidak  boleh ditanyakan pada jenjang SD, walaupun materinya sama, atau sebaliknya soal untuk tingkat Sekolah Dasar tidak boleh ditanyakan pada jenjang SMP.
❑   Konstruksi
1.  Rumusan  kalimat  soal  atau  pertanyaan  harus  memakai  kata-kata  tanya atau  perintah  yang  menuntut  jawaban  terurai,  menyerupai:  mengapa,  uraikan, jelaskan,  bandingkan,  hubungkan,  tafsirkan,  buktikan,  hitunglah.  Jangan memakai  kata  tanya  yang  tidak  menuntut  jawaban  uraian,  contohnya: 
siapa, di mana, kapan. Demikian juga kata-kata tanya yang hanya menuntut jawaban ya atau tidak.
2.  Buatlah petunjuk yang terperinci tentang cara mengerjakan soal.
3.  Buatlah  pedoman  penskoran  segera  sesudah  soalnya  ditulis  dengan  cara menguraikan  komponen  yang  akan  dinilai  atau  kriteria  penskorannya, besar skor  bagi  setiap  komponen,  atau  rentang  skor  yang  sanggup  diperoleh  untuk setiap kriteria dalam soal yang bersangkutan.
4.  Hal-hal lain yang menyertai soal seperti tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya harus disajikan dengan jelas, berfungsi, dan terbaca, sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda dan juga harus bermakna.
❑   Bahasa
1.  Rumusan  butir  soal  menggunakan  bahasa  (kalimat  dan  kata-kata)  yang sederhana dan komunikatif sehingga mudah dipahami oleh penerima didik.
2.  Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang mampu menyinggung perasaan akseptor didik atau kelompok tertentu.
3.  Rumusan  soal  tidak  menggunakan  kata-kata/kalimat  yang  menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.
4.  Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
5.  Rumusan soal sudah mempertimbangkan segi bahasa dan budaya.
6.  Jangan memakai bahasa yang berlaku setempat. 

--------------* dan seterusnya...

itulah tadi merupakan  beberapa cuplikan isi dari Buku Panduan Penulisan Soal Ujian US SD terbaru tahun anutan 2017/2018. Untuk dapat melihat file lengkapnya anda bisa langsung download pada link download di bawah ini: 

Link Download: 

Subscribe to receive free email updates: